6 Tipe Ucapan Yang Menyakitkan (Verbal Abuse) Dan Cara Menanggapinya

4:24 PM Putri Dewinta 4 Comments



Salah satu nikmat yang dimiliki manusia ialah kemampuan untuk berbicara. Ketika terucap dengan santun dan baik, sebuah lisan dapat mengangkat derajat manusia dengan tinggi. Namun, seperti yang kita tahu, lisan juga dapat membawa malapetaka tak hanya bagi yang mengucapnya, tapi juga bagi orang yang mendengarnya. 

Mengamati lingkungan sekitar, televisi, dan juga di media sosial, banyak sekali orang-orang yang merasa bangga akan kemampuan lisannya yang begitu mahir dalam berkata-kata. Mungkin karena melalui sebuah kalimat, seseorang dapat terdengar lebih pintar dan lebih tinggi derajatnya dari orang lain. Namun melalui hal tersebut, banyak dari individu yang lupa akan dampak dari permainan kata yang diucapkan. Seringkali individu tidak berhati-hati dalam berbicara, sehingga sadar ataupun tidak, ia telah menyakiti orang lain bahkan hingga dapat mengundang konflik yang berkepanjangan.

Yang ingin saya tekankan disini ialah tipe ucapan yang menyakitkan yang dilisankan oleh subjek yang berbicara. Saya mengacukan hal ini dengan istilah verbal abuse
Maksud dari verbal abuse disini ialah sebuah tindakan secara lisan yang dapat memberi efek kekerasan atau penghinaan. Verbal abuse merupakan perilaku negatif karena dapat memberi dampak buruk bagi mental seseorang. Disini, saya akan mencoba menerangkan mengenai 6 tipe ucapan yang menyakitkan (verbal abuse) beserta cara menanggapinya. Dan untuk seterusnya, subjek yang melakukan verbal abuse akan saya sebut sebagai abusers

Here we go:

1. Abusers use the volume and tone of their voice either by yelling or ignoring to establish dominance

Abusers berbicara menggunakan nada dan volume tertentu, seperti berteriak atau mengabaikan lawan bicaranya, untuk mendominasi situasi. 

Cara Menanggapi: Ketika abusers menggunakan nada dan volume yang tidak menyenangkan saat berbicara pada kamu, tahan keinginan kamu untuk berteriak balik pada dia, atau diamlah sebagai bentuk silent treatment. Kemudian ketika abusers mulai berteriak, meresponlah dengan suara yang lebih tenang dari yang biasanya. Dan jika abusers bersikap cuek, cobalah untuk berbicara baik-baik padanya, anggap saja dia mendengarkan dan menanggapimu. 


2. Abusers use swearing and threatening language to instill fear, intimidate, manipulate, oppress and constrain

Abusers akan mengumpat dan mengancam untuk menanamkan rasa takut, intimidasi, memanipulasi, menekan, dan memaksa diri kamu. 

Cara menanggapi: Berusahalah untuk melakukan self-talk yang positif berulang kali, agar meyakinkan diri bahwa kamu tidak takut. Karena ketika kamu meyakinkan hal ini dalam diri kamu, abusers tidak akan terundang untuk mengatakan hal lebih banyak lagi


3. The abuser’s manner of speech is argumentative, competitive, sarcastic and demanding

Cara berbicara abusers bersifat argumentatif, kompetitif, sarkastis, dan menuntut.

Cara menanggapi: Ketika dia memotong pembicaraanmu, lebih baik berhentilah berbicara sampai ia selesai berbicara. Kemudian kembalilah pada poin awal yang kamu maksud, tidak perlu terpengaruh pada poin yang ia buat ketika ia memotong pembicaraanmu. Jika ia mencoba untuk mengintogerasi kamu, jawablah pertanyaan yang sebenarnya ia ingin ketahui, bukan yang ia tanyakan. Cobalah merespon dengan nada sarkartis seperti, "Mungkin saya memang konyol, dan kamu selalu benar"


4. Abusers use personal attacks such as name calling, mocking responses, defaming character, berating feelings, and judging opinions.

Abusers menyerang kamu secara personal. seperti memanggil kamu dengan sebutan yang menyakitkan, mengejek, memfitnah, mencaci maki, dan menghakimi pendapat kamu

Cara menanggapi: Ini merupakan taktik 'bicara' yang dapat membuat korban merasa rendah dan kalah. Dalam hal ini, sekali lagi kamu membutuhkan self-talk yang positif. Cobalah untuk selalu mengingat bahwa apa yang dikatakan orang lain tentang kamu tidak selamanya benar, karena kamu yang lebih mengetahui diri kamu sendiri. 


5. Abusers refuse to take responsibility, become hostile, invalidate or dismiss feelings, lie, and conveniently forget promises or commitments

Abusers menolak untuk bertanggungjawab, menunjukkan permusuhan, mengabaikan perasaan, berbohong, dan melupakan janji-janji atau komitmen yang ia buat. 

Cara menanggapi: Ketika tiba waktunya abusers mendapatkan konsekuensi dari perbuatannya, jangan biarkan ia lari begitu saja. Berikanlah opini kamu disaat waktunya tepat dengan harapan ia akan menyadari perbuatannya tersebut. 


6. Typical abusive sayings include: “I’m critical for your own good,” “I was only joking when I said that…,” “If only you would…, then I won’t have to be this way,” “You don’t know how to take a joke,” “The problem with you is…,” and “That (verbal abuse) didn’t really happen.”

Abusers memiliki perkataan typical seperti "Aku bersikap kritis untuk kebaikanmu sendiri", "Aku hanya bercanda soal itu..", "Kalau saja kamu tidak begitu.. mungkin aku tidak akan begini..", "Kamu tidak dapat menanggapi lelucon", "Yang salah dari dirimu ialah..."

Cara menanggapi: Ketika kamu sudah mulai mendengar kalimat-kalimat diatas, kamu harus cepat menyadari bahwa itu merupakan bentuk awal verbal abuse. Jadikanlah catatan pada dirimu untuk segera mengakhiri pembicaraan dengan orang tersebut secepat mungkin agar kamu tidak menjadi korban.


You Should Be Aware Of The Abusers Around You!
Berhati-hatilah pada abusers disekitarmu!

Ketika seseorang sudah menjadi korban akan permainan kata-kata, ia akan lebih mudah dikontrol dan dimanipulasi oleh si subjek yang menyakiti. Dan ketika korban membalas penghinaan verbal tersebut, sebisa mungkin abusers akan memutarbalikan fakta sehingga ia tampak sebagai korban. Dari situ, abusers akan semakin mendapatkan kontrol. 

Terkadang tanpa kamu sadari, orang terdekat kamu pun pernah melakukan beberapa hal ini. Kamu harus menyadari bahwa setiap perkataan memiliki arti lain bagi alam bawah sadar kamu sendiri, sehingga tanpa sadar, kamu akan terpengaruh dengan apa yang orang lain katakan padamu. Yang perlu diingat, berhati-hatilah ketika kamu sudah merasa tidak nyaman akan suatu hal yang dilakukan orang lain, dan jangan ragu untuk pergi dari subjek negatif tersebut. Love yourself! 


Cheers!
- Putri Dewinta


References:

Hammond, C. (2015). Strategies for Combatting Verbal Abuse. Psych Central. Retrieved on October 12, 2015, from http://pro.psychcentral.com/exhausted-woman/2015/10/strategies-for-combatting-verbal-abuse/

4 komentar:

Anonymous said...

Curcol mb, sy ngalamin ke-6 prlakuan itu hmpir setiap hr / mungkin setiap hr, org tua sy prnh.sy nglnjutin study sy tinggal sm sodara, gk blh ngkost, di t4 sodara itu lah setiap hr dpt VA, sy brusaha mmprbaiki dr sy tp di tengah2 itu msh di VA & abuser jg jlk-in sy k org lain, bhkn org lain itu bnci sm sy, smpe susah brsosialisasi sm org lain takut klo org itu benci sy. Sy prnh dpt mslh&VB smpe depresi, gk doyan mkn,insomnia,smpe mikir bunuh diri,sy udh cerita pingin pndah tp gk prnh di dgr sm ortu, sy hrs gmn mb? Apa sy kabur aj? , sy curhat di sni aj lah cz sy gk ad t4 curhat.

Anonymous said...

Aku juga mau numpang curhat dong mbak. Syukur2 dibaca dan dibales. Aku gatau ibuku verbal abuser atau engga, tp perkataannya selalu bikin ga enak hati. Setiap marah sama kita pasti dia bilang "Ibu sumpahin hidup kamu (isi sendiri)". Dia selalu berpikir bahwa jadi ibu itu punya kekuasaan penting dengan nyumpahin orang, apalagi dia punya penyakit diabetes dan penyakitnya selalu dibawa2. Aku sama sodaraku ngerasa kalo ibu itu sengaja ngeluarin penyakitnya setiap hari supaya kita simpati dan berada di bawah kakinya tapi malah kita ga ada yang simpati. Dia selalu bilang "Yaudah nanti ibu mati aja. Mau ibunya mati?". Setiap kali aku bales "Semua orang pasti mati" dengan maksud mengingatkan kalo ajal mah ga ke mana, dia pasti marah2. Adekku pernah disumpahin kalo masa depannya bakal suram dan dia stress banget. Kakakku yang udah pernah nikah juga disumpahin keluarganya bakal hancur dan dia sampe nangis berhari2. Ayahku udah sering marahain ibu karena ga bisa jaga omongan tapi ibu selalu bilang "Makanya ga usah macem2 sama ibu". Ibu selalu bilang harus hargain, hormati, dan sayangi dia tapi ibu sendiri ga pernah memperlakukan nenek kayak gitu. Malah nenek sering curhat kalo dia sering sakit hati sama perlakukan ibu. Kalo kayak gitu, gimana aku mau dapet contoh yang baik? Nenekku kayak udah dianggap pembantu sama ibu (nenek tinggal bareng). Aku bingung padahal ibu udah ngaji dari dulu banget tapi perlakuannya bener2 buruk. Ga cuma sama anak, sama suami juga gitu. Dalam islam kan suami mengepalai keluarga, jadi kalo istri mau ke mana2 harus izin dulu ke suami. Eh ibuku pernah marah2 karena ga diizinin pergi sama ayah. Padahal ayah ga ngizinin demi kebaikan dia sendiri tapi dia ngotot. Ayahku bilang "Baru tau kan gimana rasanya ada org yg lebih powerful memperlakukan kamu? Makanya kalo sama anak jaga omongannya." ibuku makin marah dan ngotot cerai dg alasan dia ga bahagia sama ayahku, bilang ayah beginilah begitula. Ayahku diem aja, nenek juga ngomong "Padahal suami kamu udah baik banget sama kamu. Coba bandingin sama perlakuan bapak (bapaknya ibu) ke mamah (nenek)." Intinya adalah, ibu ga mensyukuri nikmat Tuhan. Kalo masalahnya sama keluarga doang sih ga masalah, tapi ini sama orang lain juga sering. Ibu mertua kakakku sampe benci banget sama ibu karena mulutnya, ga pernah ada pembantu yang bisa tinggal di rumahku lebih dari 3 bulan (bahkan ada yang pernah marah2 katanya ibu kok ikut ngaji tapi sikapnya busuk), dll. Anehnya di depan temen2 ngajinya dia sok baik. Bahkan dia suka bilang ke kita "Kalian jangan sok suci ya" mentang2 dia ikut ngaji sedangkan kita engga. Yang bikin aku sakit hati adalah dia pernah ngecap aku sebagai psikopat pas aku kecil dan selalu bilang bahwa pada dasarnya aku ini berjiwa gelap dan jahat jadi harus hati2 dalam bersosialisasi, dll. Aku lagi berantem sama ibu. Lagi2 ibu ngeluarin kata sumpahan itu tapi aku gapeduli. Ibu mau sumpahin apa juga aku ga peduli, aku ga bakal stress ga bakal nangis kayak sodaraku karena aku tahu perkataannya cuma sampah yang dikeluarkan oleh sampah jg. Jadi, sekarang, aku berusaha sekuat tenaga ga bertemu muka lagi sama dia meski kita serumah. Tapi aku merasa kasian sama nenek dan ayah yang harus ngehadapin kegilaan ibu. Kalo kayak gini, sebenernya aku yang salah apa gmn? Dulu aku berpikir buat ke psikolog karena ngerasa stress berat sampe mikir apa bunuh diri aja ya. Dulu banget juga aku pernah ngediemin ibu bertahun2 (setelah insiden ibu bilang aku psikopat) dan ga mau ngeliat ibu sama sekali. Gara2 pamanku nasehatin aku baru deh aku mau ngomong lagi sama ibu. Maaf ya jadi curhat panjang. Aku cuma kesel dan ga bisa curhat ke siapa2 karena aku ga mau ada orang terdekatku tau masalah ini.

deeliyani said...

Aku pernah kok di giniin sama mama. Tapi aku stay positif aja. Doa ibu memang manjur tapi Tuhan juga tahu kan siapa yang salah ? Kadang orang tua selalu berfikir dialah yang paling benar sedangkan kita hanya debu yang gak berarti d mata dia. Kalo aku sih minta petunjuk Tuhan aja dan berdoa agar mama di buka kan pintu hatinya balik ke jalanNya.

deeliyani said...

Kadang susah juga sih bedain verbal abuse sama bercandaan.