Mental Health Awareness Week: Borderline Personality Disorder

8:56 PM Putri Dewinta 2 Comments

How can I put this? There's a king of gap between what I think is real and what's really real. I get this feeling like some kind of little something-or-other is there, somewhere inside me... like a burglar is in the house, hiding in a wardrobe... and it comes out every once in a while and messes up whatever order or logic I've established for myself. The way a magnet can make a machine go crazy.” - Haruki Murakami

Quotes diatas mungkin tidak secara spesifik menjelaskan mengenai gangguan tertentu, tapi sekiranya dapat menunjukkan mengenai abstraksi pikiran yang terlintas di dalam diri individu yang memiliki gangguan psikologis. Kalau saya perhatikan, gangguan psikologis mulai dikenal masyarakat Indonesia. Yang mulanya hanya sekedar dengar-dengar tentang "Bipolar", sampai sekarang orang-orang sudah mulai familiar dengan istilah gangguan lainnya, seperti anti social, OCD, dan borderline. Walaupun banyak juga yang salah mengerti mengenai bagaimana dinamika dari gangguan itu sendiri. 

Tanggal 8 Mei - 14 Mei 2017 ini merupakan Mental Health Awareness Week, dan saya memilih untuk membahas sekilas mengenai Borderline Personality Disorder (BPD), karena bulan May juga merupakan Borderline Personality Awareness Month. 

Disclaimer: Don't just self-diagnosed yourself with the information from this post or from internet. Any psychological diagnosis must be do by a Professionals. 




Karena tema post ini awareness, maka saya akan memberikan sekilas gambaran mengenai BPD, tapi tidak secara langsung mengutip Diagnostic and Statistical Manual of mental disorder (DSM) , namun melalui karakter film Girl, Interrupted yang diperankan oleh Winona Ryder. 
Dalam banyak situasi, individu yang didiagnosa BPD memiliki ciri-ciri adanya perubahan mood yang drastis, unstable self-image, unstable relationship, rasa marah yang intens, dan bahkan agresi.
Jadi, perlu dicatat bahwa apa yang saya tuliskan ini sungguhlah hanya gambaran sekilas dan bukanlah deskripsi mendalam :)



Fokus terhadap alur cerita gangguan psikologis yang dialami oleh pemeran utama film tersebut, yaitu Susanna Kaysen (18), adegan dalam film menunjukkan ketika Susanna dibawa ke psychiatric hospital karena dugaan percobaan bunuh dirinya, dimana ia diketahui mengkonsumsi aspirin dan Vodka secara bersamaan. Meskipun Susanna menyangkalnya dengan alasan "I had a headache", namun hal ini menjadi suatu ceklis kriteria dari gejala BPD, yaitu suicidal attempt, atau self-multilating behavior. Individu dengan BPD dapat engaged dengan perilaku-perilaku yang membahayakan dan merusak diri, dan terkadang diikuti dengan ancaman-ancaman bunuh diri yang dilontarkan pada orang disekitarnya. 




Dalam film juga dijelaskan bahwa Susanna memiliki histori hubungan interpersonal yang tidak biasa. Hubungan yang ia miliki tidak terjalin dengan aman dan tidak stabil. Adegan demi adegan menunjukkan bahwa karakter utama tersebut ingin diinginkan dan dicintai, namun memiliki rasa takut yang tidak realistis akan penolakan dari orang lain. Dimana ciri ini merupakan ciri fear of abandonment pada individu BPD. Ketakutan individu akan penolakan tersebut biasanya mendorong dirinya untuk menyingkirkan sesuatu yang ia pikir akan menelantarkannya terlebih dahulu. Hal ini terkadang hanya sesuatu yang ia imajinasikan. 

Film juga menyuguhkan cerita dimana Susanna merasa adanya kekosongan dalam dirinya. Dan bahwa karakter utama tersebut mengalami perubahan mood yang intens dan tidak wajar. Gambaran-gambaran dari karakter Susanna dalam film Girl, Interrupted ini cukup menggambarkan individu yang mengidap BPD. Mood individu yang tadinya baik, bisa tiba-tiba menjadi buruk dikarenakan sesuatu yang menyentuh sensitivitasnya, dan hal ini pun terjadi dalam sekejap. Orang-orang disekitar individu yang memiliki BPD seringkali bingung dan tidak dapat mengatasi perubahan mood yang dialaminya. 



Meskipun tidak terdapat dalam DSM, namun hal lain yang menggambarkan individu dengan BPD adalah ambivalensi yang dimiliki. Seperti dalam film ini, ketika psikiater menyatakan bahwa ambivalensi merupakan pemikiran hitam putih yang dimiliki oleh individu, "will I stay or will I go". 
Individu yang memiliki BPD hanya mengetahui dua area ekstrem, ia tidak dapat memutuskan bahwa ia dapat berada di area abu-abu. Seperti contohnya istilah love-hate relationship yang sering mendeskripsikan individu dengan BPD, bahwa ia akan mencintai sesuatu dengan sangat intens, atau sebaliknya membenci hal tersebut dengan ekstrem. 




Penggambaran perilaku BPD didukung dari adegan dalam film ini sendiri, dimana pskiater Susanna menyatakan bahwa ia didiagnosa memiliki gangguan tersebut. Karakter Susanna dalam film Girl, Interrupted ini sangat menarik bagi saya sendiri. Dan film ini pun menurut saya menjadi referensi yang bagus untuk memahami lebih lanjut mengenai gangguan-gangguan psikologis. Apa yang saya tuliskan dalam post ini hanya gambaran kecil saja mengenai BPD. Ciri-ciri yang dimiliki oleh Susanna dan dari apa yang saya tuliskan terkesan dangkal dan terdengar lazim terjadi pada seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Namun sebenarnya, gangguan psikologis itu sangatlah mendalam dan memiliki dasar dan proses tertentu sampai ke tahap tersebut. Anggaplah tulisan ini sebagai pengantar bagi kamu untuk membangun awarness mengenai salah satu gangguan psikologis, yaitu Bipolar Personality Disorder. 

Have a nice day!

Cheers,
- Putri



2 komentar:

Mathew Smith said...

Hey!! Thanks for the post. Excessive mental stress really results into serious mental
health issues. In know this as I have gonna through serious mental health disorder that is depression. Depression really ruin the social and personal life both. Ultimately, in last I found a Counsellor in Chelsea. The counselling session given by him really help me a lot to get out of the depression.

awesome