Rejection And Its Ugly Form

12:17 PM Putri Dewinta 0 Comments

Saat melamar pekerjaan, ditolak perusahaan. Ketika menyatakan perasaan pada orang yang kita suka, cinta ngga berbalas. Pas kepengen kumpul dengan teman-teman, eh ngga diajak.


Setiap orang pasti pernah mengalami beberapa kejadian ini, atau mungkin semuanya.
Dan kemudian, datang rasa sakit yang kita alami secara emosional dan sifatnya tidak karuan.
Tanpa sadar, kita pun telah masuk ke zona menyakitkan yang diakibatkan oleh penolakkan, atau Rejection. Berbagai macam penolakan seringkali kita dapati selama kita hidup, hanya bedanya terletak di bagaimana masing-masing individu menanggapi penolakkan tersebut.

Ada individu  yang santai-santai saja ketika mendapati penolakan, yang selalu terbantu oleh dirinya yang mudah untuk positive thinking dalam menafsirkan sesuatu. Namun ada juga yang sampai masukin kedalam hati, sampai-sampai bisa kebawa mimpi. 

Lain kejadiannya kalau yang mengalami penolakkan tersebut bukan kita, melainkan orang terdekat kita. Menghadapi seseorang yang take rejection too personally kadang sangat melelahkan. Bahkan bisa mengganggu dan menghambat. Dalam konteks bersosialisasi, sepertinya lebih mudah apabila kita bergaul dengan seseorang yang tidak menanggapi segala sesuatunya dengan terlalu serius. 
But have you ever wonder what's in their mind? Kenapa seseorang bisa sangat sensitif terhadap penolakan?
 

What's With Rejection?

1. Rejection = Physical Pain

Menurut Guy Winch, seorang Psikolog, penolakan merupakan sebuah emosi yang kuat, dimana besarnya sakit yang dirasakan individu dari penolakan tersebut sensasinya bisa setara dengan sakit secara fisik. Karena ketika individu mengalami penolakan, otak akan memberi sinyal (early-warning system) yang sama dengan sinyal yang diberikan otak ketika tubuh merasakan sakit secara fisik.

Sakit yang dihasilkan oleh penolakkan itu sangat buruk rasanya. Geraldine Downey, Ph.D. (Psychology Professor of Columbia University) menjelaskan karena sebuah penolakkan seperti memberitahukan diri bahwa kita tidak dicintai dan tidak diinginkan, bahkan dalam hal tertentu dapat membuat kita seperti tak berharga.

"It makes you feel bad about yourself, and it makes you feel like nobody wants to be around you. It makes you feel angry."- Geraldine Downey, Ph.D.

Hmm.. No wonder kalo penolakkan itu sakitnya sama buruknya dengan sakit fisi.

2. Low Self-Esteem

Winch mengatakan kalau self-esteem juga berperan dalam bagaimana kita menanggapi penolakan. 
Ia menjelaskan bahwa sebuah penelitian menunjukkan bahwa individu dengan self-esteem yang rendah akan menanggapi sebuah penolakkan lebih buruk dan akan susah untuk melupakannya. Sedangkan individu dengan self-esteem yang 'sehat' akan lebih santai dalam menanggapinya.


What's In Their Mind

Seseorang yang sangat sensitif terhadap sebuah penolakkan dapat masuk kedalam pola perilaku yang dapat membuatnya semakin merasa terpuruk.
Ketika seseorang yang baru saja mengalami penolakkan, kemudian ia terlibat dalam sebuah percakapan, biasanya ia akan cenderung untuk tidak mendengarkan dan memperhatikan karena ia terlalu sibuk memikirkan penolakkan tersebut.  (Downey, Geraldine).

Ia pun akan berusaha untuk keluar dari situasi tersebut, menghindari interaksi sosial yang lebih jauh lagi karena ia tidak ingin mengalami penolakkan lebih dalam lagi.
Individu seperti ini akan cenderung untuk merasa lebih gelisah dalam situasi sosial, yang bisa membuatnya jadi merasa kesepian, atau terjebak dalam masa loneliness. (Winch, Guy)


Rejection And Its Ugly Form
Jauh didalam lubuk hati kamu, pasti tahu kamu termasuk individu yang seperti apa dalam menanggapi sebuah penolakan. Good for you if you already know how to deal with rejection. Tapi kalau kamu termasuk orang yang sensitif dalam hal ini, perlu diingat apabila kita terlalu concern dan fokus terhadap penolakkan tersebut, kita bisa sampai ke fase self-rejection lho. 
So please always train your self to have a super healthy psychological well-being. And help others by akcknowledge this things and keep understand each other.
Happy Sunday!




0 komentar: