4 Elemen Penting Dalam Memaafkan

12:00 AM Putri Dewinta 0 Comments

Hai, Selamat Pagi!

Berhubung masih dalam suasana lebaran, saya ingin membahas beberapa topik yang berhubungan dengan maaf-memaafkan.

Berbuat kesalahan terhadap orang yang dekat maupun tidak dekat dengan kita adalah hal yang tentu saja sering terjadi. Kesalahan tersebut pun dapat bersifat ringan sampai fatal.
Memaafkan adalah hal yang mudah bagi sebagian orang, tetapi tak sedikit juga yang melewati masa sulit untuk tulus memaafkan dan kemudian move on dari hal tersebut.

And then I stumbled on this article about 'Four Elements of Forgiveness' by Ryan Howes, or we should call.. how to 'Let It Go'.

So based on Howes (2009), ada 4 elemen dalam maaf-memaafkan, let's see..

1. Express The Emotion 
2. Understand Why
3. Rebuild Safety
4. Let Go

Disini, Howes berteori kalau keempatnya bukanlah tahapan, melainkan hanya sebuah elemen. Elemen memaafkan ini urutannya tidak harus persis seperti itu, kita dapat melalui fase tersebut sesuai diri kita masing-masing. Tetapi menurutnya, akan lebih baik elemen 1, 2, dan 3 itu dilalui terlebih dahulu sebelum kita masuk ke elemen 4. It makes sense, right?

I will deepening the explanation down here:

1. Express The Emotion



Menurut saya elemen ini memang penting sekali. Selama saya mempelajari Psikologi di bangku kuliah, hampir tiap teori dari ilmuan Psikolog itu mengatakan bahwa tidak baik untuk memendam apa yang sedang kita rasakan. Bicara soal emosi, tentu tidak terbatas oleh perasaan negatif seperti amarah, kekecewaan, atau perasaan sedih saja, tetapi juga perasaan cinta, kasih sayang, dan kebahagiaan. Dan balik lagi ke konteks forgiveness ini, Howes berteori bahwa sangat penting bagi sang pemberi maaf untuk mengungkapkan bagaimana sebuah kejadian itu berdampak pada dirinya.

2. Understand Why


Familiar dengan perilaku overthinking dong? Saya seringkali mendengar orang-orang disekitar saya mengeluh karena dirinya memikirkan sesuatu secara berlebihan, and told the social media that their head will explode or something. Nah, memang otak kita akan secara kontinu mencari tahu alasan dari sebuah kejadian. Terlepas dari rasional atau tidaknya alasan tersebut, setidaknya kita sudah bisa 'tenang' dulu karena sudah memegang jawaban yang kita cari sendiri. Dan menurut Howes, dalam fase memaafkan memang sudah seharusnya kita mencari tahu penyebab dari kesalahan atau perilaku buruk yang dilakukan orang lain pada kita.

3. Rebuild Safety


Nah ini dia. Menurut saya ini salah satu hal yang menyebabkan mengapa seseorang sulit masuk ke fase 'Let Go' dalam forgiveness.
Wajar saja, ketika seseorang berbuat kesalahan atau melakukan suatu hal yang buruk pada kita, tentu kita akan merasa tidak aman, atau mungkin mempertanyakan kredibilitas sosok tersebut.
Untuk benar-benar bisa ikhlas buat memaafkan seseorang, kita harus mendapatkan keyakinan bahwa kesalahan atau perilaku buruk itu tidak akan terulang lagi. Kita akan meminta orang tersebut untuk meyakini kita, entah hanya dengan sungguh-sungguh minta maaf atau melalui pembuktian perilaku.
The fact that the fault was happened will never make ourself feel 100% safe anymore, but then we never be 100% safe at the first place. Yeah still, we need to earn our safety on the maximum level in order to forgive someone.

4. Let Go

Sebut saja elemen ini merupakan fase melepaskan dengan ikhlas. A though phase right?
Karena di elemen ini pun kita harus berkomitmen untuk tidak menyimpan dendam dan merelakan hal yang sudah terjadi untuk menjadi bagian dari masa lalu.
Bagi yang sedang atau pernah menjalani hubungan, pasti familiar dong dengan fase-fase 'mengungkit kesalahan dimasa lalu' sang pacar?
Nah, kalau si 'mengungkit kesalahan dimasa lalu' tersebut masih sering terjadi (terutama saat lagi bertengkar), berarti kita belum benar-benar ikhlas merelakan kesalahan tersebut.
Fase 'melepaskan' ini berarti bahwa kita harus rela menyerahakan posisi dominan kita, membuang 'kekuatan' yang kita dapat sebagai korban, untuk kemudian berstatus 'setara' lagi dengan si subjek yang membuat kesalahan.
Intinya, letting go itu berarti bahwa kita harus berjanji pada diri sendiri untuk berhenti membahas/mengulang/merenungkan/bersikeras akan kejadian yang terjadi.
Kalau fase ini sangat sulit dijalani, Howes berteori bahwa berarti kita belum benar-benar berhasil melalui fase 1, 2, dan 3.


Well, gimana? Sudah ada pencerahan kah untuk memaafkan?
Memaafkan berarti kembali berstatus 'setara' lagi dengan oknum tersebut, secara psikologis pun kita akan lebih sehat karena sudah merelakan masa lalu, ini pun berarti bahwa kita akan melepaskan kekuatan kita pada orang tersebut. Mungkin hal-hal inilah yang membuat kita untuk berpikir berkali-kali ketika ingin memaafkan seseorang.
Tetapi mari kita jadikan elemen-elemen ini sebagai acuan kita untuk menjadi orang yang lebih baik dengan memaafkan seseorang dengan ikhlas. 

Let's spread the love in this holy opportunity and be a better person now and in the future!

Happy Idul Fitri.

- Putri Dewinta




0 komentar: